Sunday, April 24, 2022

Koneksi Antar Materi "Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran"

 

"Sebuah Catatan Perjalanan Pembelajaran
Pendidikan Guru Penggerak"

DWI YUNIANTO

CALON GURU PENGGERAK

ANGKATAN 4 

 

Kita semua sebagai seorang pendidik, sudah tidak asing lagi mendengar sosok Ki Hajar Dewantara. Pemikiran-pemikiran beliau tentang pendidikan di Indonesia ternyata tak lekang oleh zaman, bahkan di era globalisasi dan digitalisasi ini pemikiran-pemikiran beliau dirasa masih sangat relevan diterapkan dalam proses pendidikan kita guna menciptakan karakter murid yang sesuai dengan budaya dan karakter bangsa Indonesia.

Filosofi Pratap Triloka menyatakan tentang Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Pratap Troloka Ki Hajar Dewantara tersebut menjadikan guru sebagai role model sekaligus pelaku dalam mewujudkan sekolah sebagai insitusi moral yang dirancang untuk mengajarkan nilai-nilai moral. Segala keputusan yang dilakukan oleh guru pada khususnya dan sekolah, akan merefleksikan nilai-nilai moral dan kebajikan yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut dan selanjutnya akan menjadi contoh, teladan dan rujukan bagi seluruh warga sekolah. Untuk itu peran guru sebagai teladan, motivator dan fasilitator berpengaruh pada setiap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mengedepankan nilai-nilai moral yang bertujuan agar keputusan tersebut bermanfaat dalam mewujudkan kebahagiaan sejati muid-muridnya.

Guru penggerak harus memiliki nilai Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid. Nilai diri seorang guru akan berpengaruh pada setiap keputusan yang diambilnya, baik dalam pembelajaran maupun keputusan yang menyangkut guru lain, atasan dan kebijakan. Beban dan amanah seorang guru adalah memberikan yang terbaik bagi murid. Segala keputusan yang diambil harus berdasarkan nilai-nilai diri yang berorientasi pada nilai kebajikan yang berdampak pada peningkatan belajar murid. Di lingkungan kerja, guru penggerak pun memiliki amanah untuk menjadi contoh Ini menjadi hal yang berat untuk dilakukan, karena mau tidak mau Guru Penggerak akan jadi perhatian di lingkungan kerja. Kolaborasi aktif dan partisipatif adalah kunci dari keberhasilan guru penggerak dalam melakukan tugas dan perannya.

Pendamping (pengajar Praktik) dan fasilitator memberikan saya wawasan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching, membuat saya menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam mencapai tujuan yang saya kehendaki dan membantu saya menerapkan coaching pada teman sebaya dalam mengambil keputusannya sendiri berdasarkan Langkah TIRTA.

Coaching adalah keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Keterampilan coaching akan sangat membantu di dalam menerapkan sembilan langkah tersebut untuk menggali berbagai informasi, data, nilai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan asertif disertai komunikasi positif dengan berdasarkan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab) untuk membuat kesimpulan-kesimpulan, membuat prediksi hasil keputusan dan pada akhirnya membuat keputusan yang efektif. Harapannya adalah dengan langkah yang tepat maka keputusan tersebut berdasarkan nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak pada murid.

Sebagai guru kita harus bisa dan mampu untuk memfasilitasi semua perbedaan minat serta gaya belajar murid di kelas. Hal ini dimaksudkan agar proses kegiatan belajar mengajar menjadi sesuatu kegiatan yang menyenangkan murid dan sesuai dengan profil belajar murid. Oleh karena itu diperlukan suatu keputusan yang tepat agar semua kepentingan murid bisa kita fasilitasi. Aspek sosial dan emosional ini diperlukan agar guru bisa memberikan suatu pengalaman belajar yang menyenangkan bagi murid dan bisa mengambil keputusan yang berpihak pada murid, sehingga mampu mewujudkan merdeka belajar. Dengan mengelola dan menyadari aspek sosial emosional akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, dengan Pengenalan emosi dapat membantu baik guru maupun murid dapat merespon terhadap kondisinya sendiri secara lebih tepat, sehingga Ketika ada bujukan moral maupun dilema etika guru bisa mengambil keputusan dengan tepat.

Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self awareness dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan. Kita dapat menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai kebenaran.

Pengambilan keputusan yang tepat dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Hal ini dikarenakan keputusan yang diambil telah mempertimbangkan beberapa aspek dan mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan serta telah melakukan pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, Uji halaman depan, Uji panutan). Ketika seorang pendidik telah melaksanakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan tersebut, maka niscaya keputusan yang diambil akan tetap menciptakan lingkungan yang positif dengan tetap melakukan refleksi terhadap keputusan yang diambil.

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup, ini Kembali pada 4 paradigma yaitu

          a.  Individu lawan masyarakat (individual vs community)

         b.    Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

         c.    Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

        d.     Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

            Dengan hal tersebut, kesulitan-kesulitan yang saya hadapi di sekolah saya bernaung adalah

      a. Sistem yang besar yang memaksa kita untuk tetap tidak bisa melaksanakan keputusan sesuai dengan kebajikan universal

      b.  Belum adanya komitmen warga sekolah dalam melaksanakan keputusan yang telah disepakati

Menurut saya, sangat penting dalam mengambilan keputusan yang berpihak pada murid, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah impian belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kodratnya.

Setiap pengambilan keputusan ataupun kebijakan yang diambil oleh pendidik sebagai pemimpin pembelajaran tentunya sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan muridnya. Jika seorang pendidik mengambil keputusan yang kurang arif dan bijaksana terhadap dilema yang dihadapi dengan peserta didiknya, maka hal ini akan berdampak kepada hal-hal yang kurang baik bagi murid tersebut.

Kesimpulan yang saya dapat dari pembelajaran modul ini adalah setiap keputusan yang diambil harus didasarkan pada nilai kebajikan, bertanggungjawab dan berpihak pada murid. Saat membuat keputusan harus dilakukan dengan kesadaran penuh dengan melibatkan aspek sosial dan emosional yang baik. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Peranan pengambilan keputusan yang tepat oleh guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran sangatlah penting, keputusan yang selalu berpihak pada murid, berdampak positif bagi seluruh warga sekolah dan banyak pihak lainnya, sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan akan dapat melahirkan manusia Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila.

SALAM GURU PENGGERAK

GURU BERGERAK, INDONESIA MAJU