"Sebuah Catatan
Perjalanan Pembelajaran
Pendidikan Guru
Penggerak"
DWI YUNIANTO
CALON GURU PENGGERAK
ANGKATAN 4
Kita semua sebagai seorang pendidik, sudah
tidak asing lagi mendengar sosok Ki Hajar Dewantara. Pemikiran-pemikiran beliau
tentang pendidikan di Indonesia ternyata tak lekang oleh zaman, bahkan di era
globalisasi dan digitalisasi ini pemikiran-pemikiran beliau dirasa masih sangat
relevan diterapkan dalam proses pendidikan kita guna menciptakan karakter murid
yang sesuai dengan budaya dan karakter bangsa Indonesia.
Filosofi Pratap Triloka menyatakan tentang
Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Pratap
Troloka Ki Hajar Dewantara tersebut menjadikan guru sebagai role model
sekaligus pelaku dalam mewujudkan sekolah sebagai insitusi moral yang dirancang
untuk mengajarkan nilai-nilai moral. Segala keputusan yang dilakukan oleh guru
pada khususnya dan sekolah, akan merefleksikan nilai-nilai moral dan kebajikan
yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut dan selanjutnya akan menjadi
contoh, teladan dan rujukan bagi seluruh warga sekolah. Untuk itu peran guru
sebagai teladan, motivator dan fasilitator berpengaruh pada setiap pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mengedepankan nilai-nilai moral
yang bertujuan agar keputusan tersebut bermanfaat dalam mewujudkan kebahagiaan
sejati muid-muridnya.
Guru penggerak harus memiliki nilai
Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid. Nilai
diri seorang guru akan berpengaruh pada setiap keputusan yang diambilnya, baik
dalam pembelajaran maupun keputusan yang menyangkut guru lain, atasan dan
kebijakan. Beban dan amanah seorang guru adalah memberikan yang terbaik bagi
murid. Segala keputusan yang diambil harus berdasarkan nilai-nilai diri yang
berorientasi pada nilai kebajikan yang berdampak pada peningkatan belajar
murid. Di lingkungan kerja, guru penggerak pun memiliki amanah untuk menjadi
contoh Ini menjadi hal yang berat untuk dilakukan, karena mau tidak mau Guru
Penggerak akan jadi perhatian di lingkungan kerja. Kolaborasi aktif dan
partisipatif adalah kunci dari keberhasilan guru penggerak dalam melakukan
tugas dan perannya.
Pendamping (pengajar Praktik) dan
fasilitator memberikan saya wawasan dalam pengambilan keputusan berkaitan
dengan kegiatan coaching, membuat saya menemukan ide baru atau cara untuk
mengatasi tantangan yang dihadapi dalam mencapai tujuan yang saya kehendaki dan
membantu saya menerapkan coaching pada teman sebaya dalam mengambil
keputusannya sendiri berdasarkan Langkah TIRTA.
Coaching adalah keterampilan yang sangat
penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam
diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching
TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan
membuat pemecahan masalah secara sistematis. Keterampilan coaching akan sangat
membantu di dalam menerapkan sembilan langkah tersebut untuk menggali berbagai
informasi, data, nilai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan asertif disertai
komunikasi positif dengan berdasarkan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana
Aksi dan Tanggung Jawab) untuk membuat kesimpulan-kesimpulan, membuat prediksi
hasil keputusan dan pada akhirnya membuat keputusan yang efektif. Harapannya
adalah dengan langkah yang tepat maka keputusan tersebut berdasarkan nilai
kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak pada murid.
Sebagai guru kita harus bisa dan mampu
untuk memfasilitasi semua perbedaan minat serta gaya belajar murid di kelas.
Hal ini dimaksudkan agar proses kegiatan belajar mengajar menjadi sesuatu
kegiatan yang menyenangkan murid dan sesuai dengan profil belajar murid. Oleh
karena itu diperlukan suatu keputusan yang tepat agar semua kepentingan murid
bisa kita fasilitasi. Aspek sosial dan emosional ini diperlukan agar guru bisa
memberikan suatu pengalaman belajar yang menyenangkan bagi murid dan bisa
mengambil keputusan yang berpihak pada murid, sehingga mampu mewujudkan merdeka
belajar. Dengan mengelola dan menyadari aspek sosial emosional akan berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan, dengan Pengenalan emosi dapat membantu baik
guru maupun murid dapat merespon terhadap kondisinya sendiri secara lebih
tepat, sehingga Ketika ada bujukan moral maupun dilema etika guru bisa
mengambil keputusan dengan tepat.
Pada pembahasan studi kasus yang berfokus
pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self awareness dan
keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan. Kita dapat
menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan
terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk
bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan
permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan
moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai
kebenaran.
Pengambilan keputusan yang tepat dapat
berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Hal ini dikarenakan keputusan yang diambil telah mempertimbangkan beberapa
aspek dan mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan serta telah
melakukan pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, Uji
halaman depan, Uji panutan). Ketika seorang pendidik telah melaksanakan 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan tersebut, maka niscaya keputusan
yang diambil akan tetap menciptakan lingkungan yang positif dengan tetap
melakukan refleksi terhadap keputusan yang diambil.
Ketika kita menghadapi situasi dilema
etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta
dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi,
tanggung jawab dan penghargaan akan hidup, ini Kembali pada 4 paradigma yaitu
a. Individu
lawan masyarakat (individual vs community)
b. Rasa
keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
c. Kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
d. Jangka
pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Dengan
hal tersebut, kesulitan-kesulitan yang saya hadapi di sekolah saya bernaung
adalah
a. Sistem
yang besar yang memaksa kita untuk tetap tidak bisa melaksanakan keputusan
sesuai dengan kebajikan universal
b. Belum
adanya komitmen warga sekolah dalam melaksanakan keputusan yang telah disepakati
Menurut saya, sangat penting dalam
mengambilan keputusan yang berpihak pada murid, apabila keputusan tersebut
sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh
guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan
kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan
pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun
sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal
metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid
hanya sebuah impian belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang
sesuai potensi dan kodratnya.
Setiap pengambilan keputusan ataupun
kebijakan yang diambil oleh pendidik sebagai pemimpin pembelajaran tentunya
sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan muridnya. Jika seorang pendidik
mengambil keputusan yang kurang arif dan bijaksana terhadap dilema yang
dihadapi dengan peserta didiknya, maka hal ini akan berdampak kepada hal-hal
yang kurang baik bagi murid tersebut.
Kesimpulan yang saya dapat dari
pembelajaran modul ini adalah setiap keputusan yang diambil harus didasarkan
pada nilai kebajikan, bertanggungjawab dan berpihak pada murid. Saat membuat
keputusan harus dilakukan dengan kesadaran penuh dengan melibatkan aspek sosial
dan emosional yang baik. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila,
ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan
langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan
suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya
merdeka belajar. Peranan pengambilan keputusan yang tepat oleh guru sebagai
seorang pemimpin pembelajaran sangatlah penting, keputusan yang selalu berpihak
pada murid, berdampak positif bagi seluruh warga sekolah dan banyak pihak
lainnya, sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan
akan dapat melahirkan manusia Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila.
SALAM GURU PENGGERAK
GURU BERGERAK, INDONESIA MAJU