Sunday, June 19, 2022

Laporan Aksi Nyata 3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid

 

LAPORAN AKSI NYATA

3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

 

 



 

“ Guru Bergerak Indonesia Maju”

 

 

DWI YUNIANTO

CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 4

SMA NEGERI 1 LARANGAN

KABUPATEN BREBES

 

 

 

 

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

ANGKATAN 4

 

 

CLASSMEETING : FUN SPORTS DAY

 

 

Peristiwa (Fact)

Setiap murid dilahirkan mempunyai bakat dan minatnya masing-masing. Hal inilah yang dipahami di SMAN 1 Larangan. Sekolah berharap dengan kegiatan ini, bakat dan minat murid akan semakin meningkat dan berkembang. Dan diharapkan pula dengan kegiatan ini, dapat memunculkan atlet-atlet muda dari SMAN 1 Larangan yang dapat mengharumkan nama sekolah di perlombaan tingkat kabupaten, provinsi, nasional bahkan internasional.

Perlombaan dalam classmeeting kali ini seperti Vokal Solo, Futsal, Handcraft dan kebersihan kelas. Peserta dalam kegiatan ini diambil dari perwakilan kelas masing-masing. Disinilah setiap kelas dapat memilih anggotanya yang sesuai dengan jenis perlombaannya. Bahkan dalam hal kebersihan kelas, murid dapat mengaturnya sesuai dengan ide-ide kreatifnya mereka.

Dengan melihat asset-aset yang dimiliki sekolah baik dari segi infrastruktur maupun murid, kegiatan ini akan terlaksana dengan baik. Melalui data dari BK dan wali kelas serta catatan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, banyak minat bakat murid yang heterogen yang bisa disalurkan lewat kegiatan ini.

Dalam melaksanakan aksi nyata ini, saya berkoordinasi dengan Pembina OSIS SMAN 1 Larangan serta diskusi singkat dengan pengurus OSIS SMAN 1 Larangan.




Gambar 1. Diskusi dan Rapat Dengan Pengurus OSIS SMAN 1 Larangan

 

 

Gambar 2. Rapat  Lanjutan Pengurus OSIS SMAN 1 Larangan

 

Setelah diskusi serta persiapan yang matang, kegiatan Classmeeting : Fun Sports Day dapat terlaksana dengan baik pada 13 s.d 15 Juni 2022. Kegiatan diikuti dengan semarak serta perwakilan terhebatnya tiap kelasnya. Adapuan perlombaan yang digelar meliputi Vokal Solo, Futsal, Handcraft dan kebersihan kelas.




Gambar 3. Brosur Kegiatan Clasmeeting

 

 

 

 

 

Gambar 4. Kegiatan Perlombaan Futsal di Lapangan

 

 


Gambar 5. Kegiatan Perlombaan Vocal Solo

 

 

Perasaan (Feeling)

          Dalam melaksanakan aksi nyata ini, saya merasa senang apalagi di tempat baru di SMAN 1 Larangan. Selain ditempat baru, saya bisa melihat bahwa murid di SMAN 1 Larangan banyak memiliki potensi yang luar biasa. Saya setelah berkolaborasi dengan pengurus OSIS, pengurus OSIS sudah tau perlombaan apa yang akan dilakukan dengan melihat kemampuan teman-temannya. Dalam pelaksanaan lomba pun saya merasa senang melihat antusias murid yang luar biasa.

 

Pembelajaran (Finding)

Pembelajaran yang saya ambil dalam melaksanaan aksi nyata ini, bahwa kolaborasi dan komunikasi itu sangat penting antar semua unsur di sekolah. Selain itu juga bahwa segogyanya kita dapat melihat potensi-potensi yang ada di sekolah dalam rangka menyusun program kerja yang berdampak pada murid.

 

Penerapan Ke Depan (Future)

          Dari apa yang terjadi pada saat aksi nyata ini, kedepan akan lebih banyak untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan semua pihak agar setiap program atau kegiatan berjalan dengan baik dan lancar.

         

 

 

Sunday, April 24, 2022

Koneksi Antar Materi "Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran"

 

"Sebuah Catatan Perjalanan Pembelajaran
Pendidikan Guru Penggerak"

DWI YUNIANTO

CALON GURU PENGGERAK

ANGKATAN 4 

 

Kita semua sebagai seorang pendidik, sudah tidak asing lagi mendengar sosok Ki Hajar Dewantara. Pemikiran-pemikiran beliau tentang pendidikan di Indonesia ternyata tak lekang oleh zaman, bahkan di era globalisasi dan digitalisasi ini pemikiran-pemikiran beliau dirasa masih sangat relevan diterapkan dalam proses pendidikan kita guna menciptakan karakter murid yang sesuai dengan budaya dan karakter bangsa Indonesia.

Filosofi Pratap Triloka menyatakan tentang Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Pratap Troloka Ki Hajar Dewantara tersebut menjadikan guru sebagai role model sekaligus pelaku dalam mewujudkan sekolah sebagai insitusi moral yang dirancang untuk mengajarkan nilai-nilai moral. Segala keputusan yang dilakukan oleh guru pada khususnya dan sekolah, akan merefleksikan nilai-nilai moral dan kebajikan yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut dan selanjutnya akan menjadi contoh, teladan dan rujukan bagi seluruh warga sekolah. Untuk itu peran guru sebagai teladan, motivator dan fasilitator berpengaruh pada setiap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mengedepankan nilai-nilai moral yang bertujuan agar keputusan tersebut bermanfaat dalam mewujudkan kebahagiaan sejati muid-muridnya.

Guru penggerak harus memiliki nilai Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid. Nilai diri seorang guru akan berpengaruh pada setiap keputusan yang diambilnya, baik dalam pembelajaran maupun keputusan yang menyangkut guru lain, atasan dan kebijakan. Beban dan amanah seorang guru adalah memberikan yang terbaik bagi murid. Segala keputusan yang diambil harus berdasarkan nilai-nilai diri yang berorientasi pada nilai kebajikan yang berdampak pada peningkatan belajar murid. Di lingkungan kerja, guru penggerak pun memiliki amanah untuk menjadi contoh Ini menjadi hal yang berat untuk dilakukan, karena mau tidak mau Guru Penggerak akan jadi perhatian di lingkungan kerja. Kolaborasi aktif dan partisipatif adalah kunci dari keberhasilan guru penggerak dalam melakukan tugas dan perannya.

Pendamping (pengajar Praktik) dan fasilitator memberikan saya wawasan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching, membuat saya menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam mencapai tujuan yang saya kehendaki dan membantu saya menerapkan coaching pada teman sebaya dalam mengambil keputusannya sendiri berdasarkan Langkah TIRTA.

Coaching adalah keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Keterampilan coaching akan sangat membantu di dalam menerapkan sembilan langkah tersebut untuk menggali berbagai informasi, data, nilai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan asertif disertai komunikasi positif dengan berdasarkan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab) untuk membuat kesimpulan-kesimpulan, membuat prediksi hasil keputusan dan pada akhirnya membuat keputusan yang efektif. Harapannya adalah dengan langkah yang tepat maka keputusan tersebut berdasarkan nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak pada murid.

Sebagai guru kita harus bisa dan mampu untuk memfasilitasi semua perbedaan minat serta gaya belajar murid di kelas. Hal ini dimaksudkan agar proses kegiatan belajar mengajar menjadi sesuatu kegiatan yang menyenangkan murid dan sesuai dengan profil belajar murid. Oleh karena itu diperlukan suatu keputusan yang tepat agar semua kepentingan murid bisa kita fasilitasi. Aspek sosial dan emosional ini diperlukan agar guru bisa memberikan suatu pengalaman belajar yang menyenangkan bagi murid dan bisa mengambil keputusan yang berpihak pada murid, sehingga mampu mewujudkan merdeka belajar. Dengan mengelola dan menyadari aspek sosial emosional akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, dengan Pengenalan emosi dapat membantu baik guru maupun murid dapat merespon terhadap kondisinya sendiri secara lebih tepat, sehingga Ketika ada bujukan moral maupun dilema etika guru bisa mengambil keputusan dengan tepat.

Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self awareness dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan. Kita dapat menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai kebenaran.

Pengambilan keputusan yang tepat dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Hal ini dikarenakan keputusan yang diambil telah mempertimbangkan beberapa aspek dan mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan serta telah melakukan pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, Uji halaman depan, Uji panutan). Ketika seorang pendidik telah melaksanakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan tersebut, maka niscaya keputusan yang diambil akan tetap menciptakan lingkungan yang positif dengan tetap melakukan refleksi terhadap keputusan yang diambil.

Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup, ini Kembali pada 4 paradigma yaitu

          a.  Individu lawan masyarakat (individual vs community)

         b.    Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

         c.    Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

        d.     Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

            Dengan hal tersebut, kesulitan-kesulitan yang saya hadapi di sekolah saya bernaung adalah

      a. Sistem yang besar yang memaksa kita untuk tetap tidak bisa melaksanakan keputusan sesuai dengan kebajikan universal

      b.  Belum adanya komitmen warga sekolah dalam melaksanakan keputusan yang telah disepakati

Menurut saya, sangat penting dalam mengambilan keputusan yang berpihak pada murid, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah impian belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kodratnya.

Setiap pengambilan keputusan ataupun kebijakan yang diambil oleh pendidik sebagai pemimpin pembelajaran tentunya sangat mempengaruhi kehidupan atau masa depan muridnya. Jika seorang pendidik mengambil keputusan yang kurang arif dan bijaksana terhadap dilema yang dihadapi dengan peserta didiknya, maka hal ini akan berdampak kepada hal-hal yang kurang baik bagi murid tersebut.

Kesimpulan yang saya dapat dari pembelajaran modul ini adalah setiap keputusan yang diambil harus didasarkan pada nilai kebajikan, bertanggungjawab dan berpihak pada murid. Saat membuat keputusan harus dilakukan dengan kesadaran penuh dengan melibatkan aspek sosial dan emosional yang baik. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Peranan pengambilan keputusan yang tepat oleh guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran sangatlah penting, keputusan yang selalu berpihak pada murid, berdampak positif bagi seluruh warga sekolah dan banyak pihak lainnya, sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan akan dapat melahirkan manusia Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila.

SALAM GURU PENGGERAK

GURU BERGERAK, INDONESIA MAJU

Saturday, February 5, 2022

LAPORAN HASIL AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF KEYAKINAN KELAS DWI YUNIANTO CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 4 SMA MAÁRIF NU JATINEGARA KABUPATEN TEGAL

 

A.    Latar Belakang

Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak, selain mempelajari ilmu sekolah juga menjadi tempat dalam pembentukan karakter anak. anak akan dibiasakan untuk memiliki nilai-nilai sesuai norma yang ada. 

Untuk itu sekolah membuat berbagai kebijakan dan program dalam pembentukan karakter ini. salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan keyakinan atau kesepakatan kelas. keyakinan kelas itu sendiri dibuat atas dasar keinginan seluruh siswa dalam mewujudkan kelas impiannya. 

 

B.    Tujuan

1.     Membantu proses belajar mengajar siswa

2.     Membangun hubungan  positif dan lebih dekat antara guru dan siswa

3.     Membiaskan murid menerapkan budaya positif sehingga menjadi karakter positi dan memiliki budi pekerti

C.    Tolak Ukur

1.     Murid semangat dan aktif belajar

2.     Guru dan murid saling menyayangi

3.     Guru dan murid saling pedulli

4.     Adanya pembelajaran yang menyenangkan

D.   Linimasa Tindakan Yang Dilakukan

1.     Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah terkait dengan keyakinan / kesepakatan kelas

2.     Sosialisasi dengan teman sejawat tentang budaya positif terkait dengan keyakinan / kesepakatan kelas

3.     Sosialisasi kepada siswa tentang tentang budaya positif terkait dengan keyakinan / kesepakatan kelas

4.     Membuat keyakinan / kesepakatan kelas bersama siswa di kelas

5.     Dokumentasi kegiatan

 

E.    Dukungan

1.     Kepala sekolah dan stake holder di sekolah

2.     Teman sejawat guru

3.     Lingkungan masyarakat

4.     Seluruh siswa

F.    Dokumentasi Kegiatan


Koordinasi dengan Kepala Sekolah
Koordinasi dengan kepala sekolah terkait dengan pelaksanaan aksi nyata tentang Budaya Positif Keyakinan kelas



Sosialisasi dan pembuatan budaya positif tentang keyakinan kelas bersama siswa di dalam kelas




Pemaparan materi dan aksi nyata Modul 1 terutama modul 1.1 dan 1.4 kepada guru di SMA Maárif NU Jatinegara



Tuesday, February 1, 2022

Perpisahan


Perpisahan


Bagaikan awan tanpa terarah
Suatu saat kita pasti berkumpul,
Dan pada saat yang lain kita pasti berpisah

Begitu pula dengan diriku, ku kan pergi
Meninggalkan dirimu
Walaupun berat hati ku, namun relakah aku

Tenanglah tenang, wahai temanku
Kau kan dapat penggantiku
Yang akan menyayangimu
Jangan lupakan aku



By : @AntoJatra







Thursday, January 27, 2022

LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.3 BAGJA

 

LAPORAN HASIL AKSI NYATA

MODUL 1.3 BAGJA

 

DWI YUNIANTO

CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 4

SMA MA’ARIF NU JATINEGARA

KABUPATEN TEGAL

 

 

 

A.    Latar Belakang

Inkuiri apresiatif model BAGJA merupakan salah satu pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif. Dimana sekolah harus mengaplikasikan pendekatan tersebut dengan tahapan BAGJA agar kami sebagai guru penggerak bisa mewujudkan visi dan misi guru penggerak untuk mewujudkan merdeka belajar terutama dalam hal kemandirian siswa. Prinsip IA dan ajaran filosofi Ki Hadjar Dewantara tentang merdeka belajar dan percaya bahwa setiap murid memiliki potensi dan mampu untuk melakukannya. Tentu  dalam hal ini, guru mengerti serta memahami bahwa murid memiliki potensi yang sama tingginya. Maka dari itu tugas guru adalah memfasilitasi dan menjadi jembatan bagi murid untuk menunjukkan potensi dan bakat terbaiknya.

 

B.    Tujuan

1.     Membantu proses belajar mengajar murid

2.     Meningkatkan kreatifitas dan  keaktifan murid dalam berkreasi.

 

C.    Tolak Ukur

1.     Murid semangat dan aktif belajar

2.     Adanya pembelajaran yang menyenangkan

3.     Kreatifitas dan keaktifan murid dalam belajar

 

D.   Linimasa Tindakan Yang Dilakukan

1.     Melakukan koordinasi dengan Kepala Sekolah terkait dengan penerapan BAGJA dalam pembelajaran berdiferesnsiasi

2.     Berkolaborasi dengan rekan sejawat dalam melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid melalui pembelajaran berdiferensiasi

3.     Dokumentasi kegiatan

 

E.    Dukungan

1.     Kepala sekolah dan stake holder di sekolah

2.     Teman sejawat guru

3.     Lingkungan masyarakat

4.     Seluruh siswa

 

F.    Penutup

Demikian laporan aksi nyata modul 13 tentang penerapan BAGJA. Kritik dan saran serta masukan dari Kepala Sekolah, teman sejawat guru serta komunitas praktis Pendidikan sangat saya butuhkan demi perbaikan di masa depan.

 

Link RPP

 

https://docs.google.com/document/d/11f1S88_iEsqKeh-hkwIGyxfFxaU3eVD_/edit?usp=sharing&ouid=108027768760672322689&rtpof=true&sd=true

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ALUR BAGJA

 

PRAKARSA

PERUBAHAN

Penerapan pembelajaran yang berpihak pada murid dan menyenangkan melalui pembelajaran kecakapan hidup

TAHAPAN

Pertanyaan

Daftar tindakan yang perlu dilakukan untuk menjawab pertanyaan

B-uat pertanyaan (Define)

Bagaimana penerapan dan bentuk pembelajaran yang berpihak pada murid,  efektif dan menyenangkan yang dilakukan guru?

Meminta umpan balik dan respon kepada siswa terkait pembelajaran yang sudah dilaksanakan kaitan dengan pembelajaran yang digunakan guru

A-mbil pelajaran (Discover)

Apa yang dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid,  efektif dan menyenangkan?

Adanya kemauan dan kemampuan yang dimiliki oleh guru dalam rangka menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid,  efektif dan menyenangkan. Serta adanya dukungan sarpras di sekolah yang memadai

G-ali mimpi (Dream)

Hal-hal apa saja yang dilakukan untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid,  efektif dan menyenangkan?

Membuat pembelajaran yang berpihak pada murid,  efektif dan menyenangkan agar proses pembelajaran berjalan maksimal dan penuh makna. Melalui pembelajaran berdiferensiasi akan menambah semangat siswa untuk memgikuti pembelajaran dan menumbuhkan kreaifitas murid

J-abarkan rencana (Design)

Bagaimana rencana yang akan dibuat agar pembelajaran berpihak pada murid,  efektif dan menyenangkan?

Merancang dan membuat pembelajaran berpihak pada murid,  efektif dan menyenangkan melalui pembelajaran berdiferensiasi

A-tur eksekusi (Deliver)

Perubahan apa yang dilakukan dalam merancang dan membuat pembelajaran pembelajaran berpihak pada murid,  efektif dan menyenangkan?

Membuat dan merancang pembelajaran yang efektif, kreatif serta menyenangkan agar siswa lebih semangat mengikuti pembelajaran melalui pembelajaran berdiferensiasi



DOKUMEN FOTO KEGIATAN

 




PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS